Sunday, 18 November 2018

CONTOH TUGAS CERAMAH




CONTOH CERAMAH " PEMBERANTASAN BUTA AKSARA"

Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Yang terhormat kepada Ibu Sulastri selaku guru Bahasa Indonesia dan teman-teman ku yang berbahagia.Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT berkat taufiq dan hidayahnya kita dapat berkumpul pada pagi hari yang cerah ini serta masih diberikan kekuatan iman, islam, dan ihsan.Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan ceramah tentang pemberantasan buta aksara. Tanggal 8 September kemarin diperingati sebagai Hari Aksara Sedunia. Peringatan ini bagi bangsa Indonesia sangat strategis untuk merumuskan kembali kebijakan negara terkait dengan kondisi buta aksara yang masih mendera rakyat Indonesia. Buta aksara sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Tinggi rendahnya buta aksara akan menjadi penentu utama tinggi-rendahnya kualitas pembangunan manusia Indonesia.

Teman-teman ku yang  berbahagia.
Angka buta aksara di Indonesia, menurut Kementerian Pendidikan Nasional, masih tinggi, yakni 4,8 persen dari jumlah penduduk. Itu setara dengan 8,5 juta jiwa. Tentu saja permasalahan itu memerlukan penanganan khusus berupa pemberantasan buta aksara  karena selain jumlahnya masih banyak,  60 persen dari 8,5 juta jiwa tersebut adalah kaum perempuan. Saat ini ada 10 provinsi dengan tingkat buta aksara tertinggi, antara lain Papua, NTT, NTB dan Jawa Barat  serta Sulawesi Selatan. Data ini menjadi fakta untuk membangun harapan akan optimisme merealisasikan pemberantsan buta aksara secara maksimal. Perlu kerangka kebijakan sistematis dan berkelanjutan dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang bebas buta aksara.Agenda pemberantasan buta aksara dalam gerak kebijakan yang dilakukan pemerintah selama ini terkendala oleh beberapa hal.

Pertama, mereka berasal dari keluarga miskin. Kemiskinan seringkali menjadi kendala sangat praktis dalam upaya pembelajaran masyarakat. Mereka sibuk dengan upaya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan menganggap tidak penting lagi melek atau buta aksara. Bagi mereka, mengatasi masalah kemiskinan jauh lebih penting di tengah balutan krisis multidimensi.Kedua, mereka berada di daerah terpencil dan pelosok. Karena jauh dari pusat kebudayaan dan pusat peradaban, masyarakat menganggap diri mereka sebagai sosok terbelakang, sehingga upaya dan usaha pemberatasan aksara tidak begitu penting dalam agenda kemasyaratan, karena mereka belum sadar melek aksara adalah bagian dari upaya penciptaan kemajuan dan kesejahteraan. Ketiga, cara berfikir yang jadul membuat mereka tidak mempunyai motivasi belajar tinggi. Mereka menganggap sudah terlambat untuk  belajar yang lebih tragis, belajar dianggap membuang waktu saja. Pola pemikiran yang demikian masih menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Bukan saja melanda mereka yang masih buta aksara tetapi juga mereka yang sudah melek aksara pun masih enggan dan bermalas-malas dalam meningkatkan belajar dan tradisi membaca. Belajar dan membaca seringkali dianggap sesuatu yang aneh, dan sok belajar.
Di tengah problem tersebut, sudah saatnya dalam rangka merealisasikan pemberantasan buta aksara, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak. Demi masa depan bangsa, buta aksara harus kita berantas. Peringatan hari aksara sedunia menjadi cacatan penting bagi Indonesia untuk terus berbenah menyongsong mimpi  Indonesia yang maju dan berkeadaban.

Demikian uraian informasi yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya.  Apabila terdapat kesalahan saya dalam menyampaikan ceramah tersebut,  saya mohon maaf. 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



0 komentar:

Post a Comment