CONTOH CERAMAH " PEMBERANTASAN BUTA AKSARA"
Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh
Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh
Yang
terhormat kepada Ibu Sulastri selaku guru Bahasa Indonesia dan teman-teman ku
yang berbahagia.Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT berkat
taufiq dan hidayahnya kita dapat berkumpul pada pagi hari yang cerah ini serta
masih diberikan kekuatan iman, islam, dan ihsan.Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Pada
kesempatan ini saya akan menyampaikan ceramah tentang pemberantasan buta
aksara. Tanggal 8 September kemarin diperingati sebagai Hari Aksara Sedunia.
Peringatan ini bagi bangsa Indonesia sangat strategis untuk merumuskan kembali
kebijakan negara terkait dengan kondisi buta aksara yang masih mendera rakyat
Indonesia. Buta aksara sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(Human Development Index). Tinggi rendahnya buta aksara akan menjadi penentu
utama tinggi-rendahnya kualitas pembangunan manusia Indonesia.
Teman-teman
ku yang berbahagia.
Angka
buta aksara di Indonesia, menurut Kementerian Pendidikan Nasional, masih
tinggi, yakni 4,8 persen dari jumlah penduduk. Itu setara dengan 8,5 juta jiwa.
Tentu saja permasalahan itu memerlukan penanganan khusus berupa pemberantasan
buta aksara karena selain jumlahnya
masih banyak, 60 persen dari 8,5 juta
jiwa tersebut adalah kaum perempuan. Saat ini ada 10 provinsi dengan tingkat
buta aksara tertinggi, antara lain Papua, NTT, NTB dan Jawa Barat serta Sulawesi Selatan. Data ini menjadi
fakta untuk membangun harapan akan optimisme merealisasikan pemberantsan buta
aksara secara maksimal. Perlu kerangka kebijakan sistematis dan berkelanjutan
dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang bebas buta aksara.Agenda
pemberantasan buta aksara dalam gerak kebijakan yang dilakukan pemerintah
selama ini terkendala oleh beberapa hal.
Pertama,
mereka berasal dari keluarga miskin. Kemiskinan seringkali menjadi kendala
sangat praktis dalam upaya pembelajaran masyarakat. Mereka sibuk dengan upaya
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan menganggap tidak penting lagi melek
atau buta aksara. Bagi mereka, mengatasi masalah kemiskinan jauh lebih penting
di tengah balutan krisis multidimensi.Kedua, mereka berada di daerah terpencil
dan pelosok. Karena jauh dari pusat kebudayaan dan pusat peradaban, masyarakat
menganggap diri mereka sebagai sosok terbelakang, sehingga upaya dan usaha
pemberatasan aksara tidak begitu penting dalam agenda kemasyaratan, karena
mereka belum sadar melek aksara adalah bagian dari upaya penciptaan kemajuan
dan kesejahteraan. Ketiga, cara berfikir yang jadul membuat mereka tidak
mempunyai motivasi belajar tinggi. Mereka menganggap sudah terlambat untuk belajar yang lebih tragis, belajar dianggap
membuang waktu saja. Pola pemikiran yang demikian masih menjadi tradisi
masyarakat Indonesia. Bukan saja melanda mereka yang masih buta aksara tetapi
juga mereka yang sudah melek aksara pun masih enggan dan bermalas-malas dalam
meningkatkan belajar dan tradisi membaca. Belajar dan membaca seringkali
dianggap sesuatu yang aneh, dan sok belajar.
Di
tengah problem tersebut, sudah saatnya dalam rangka merealisasikan
pemberantasan buta aksara, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak. Demi
masa depan bangsa, buta aksara harus kita berantas. Peringatan hari aksara
sedunia menjadi cacatan penting bagi Indonesia untuk terus berbenah menyongsong
mimpi Indonesia yang maju dan
berkeadaban.
Demikian
uraian informasi yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas
perhatiannya. Apabila terdapat kesalahan
saya dalam menyampaikan ceramah tersebut,
saya mohon maaf.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
0 komentar:
Post a Comment